~ SENJA KEHIDUPAN CINTAKU ~
“CERPEN SKC”
"Gue mohon Ag, maafin gue, kembalilah kepadaku." pinta Rio.
"Maaf Yo, gue nggak cinta lagi ma loe." ujar Agni seraya pergi.
"Jelasin apa kesalahan gue!?" ujar Rio. Agni pun menghentikan langkahnya.
"Loe akan tahu nanti jawabannya." lirih Agni. Ia mencium kening Rio dan berlari. Di setiap langkahnya disertai dengan tangisan dia. Sebuah kata yang ingin dia ucapkan tapi tak bisa.
"Ag, apa salah gue ke elo? Maafin gue Agni.." lirih Rio. Terduduk lemas di tengah jalan itu yang ia pilih.
"Gue udah hancur Yo, gue nggak pantas lagi buat loe Yo." tangis Agni di rumahnya.
"Sayang... udah jangan nangis. Berhenti sayang. Udah berhenti" ujar mamanya parau. Ia tak tega melihat Agni seprti itu.
"Apa salah Agni ma? Apa ma? Apa maaa?" teriak Agni. Ia tak kuat menerima semua ini.
"Kak, udah kak.. Kak Agni jangan nangis kaya' gini. Kita akan menerima kenyataan ini bersama-sama kak" ujar Ray adik Agni.
"Mama, maafin Agni ma, maaf ma, Agni nggak bisa jadi anak yang membanggakan buat mama, maafin Agni ma" tangis Agni. Ia bersujud kepada mamanya.
"Ya Tuhan. Apa salah anak hamba Ya Tuhan.. Agni, sudah sayang. Kamu jangan kaya' gini."
"Ray nggak bisa terima ini semua ma!" emosi Ray dan beranjak pergi dengan langkah tak tertahankan.
"Ray kamu jangan melakukan hal ya aneh-aneh. Raaayyy..!!" teriak sang mama. Tapi Ray tetap tak memperdulikanya. Ia menancap gas mobil dengan penuh emosi.
..........................................................................................................................
BRAAAAKKK
"Puas loe ngehancurin hidup kakak gue! Puaaas loe berengsek!" emosi Ray ke seorang cowok. Ray menarik kerah cowok itu dengan penuh emosi.
"Lepasin anak kecil" sinis orang itu, dan menepis kasar tangan Ray.
"Asal loe tau Cak, gue dari awal sudah curiga sama loe, picik banget otak loe!" ujar Ray ke cowok itu yang ternyata Cakka.
"Hahahaa...toh gue udah berhasil merebut semua yang dimiliki kakak loe"
"Brengseek loe!" dengan luapan emosi yang tak tertahankan, Ray memukul Cakka dengan keras. Terjadilah baku hantam antara Ray dan Cakka.
"Ray, wajah kamu kenapa sayang?" cemas sang mama, yang melihat Ray dengan wajah sangat berantakan.
"Nggak apa-apa ma, Ray mau istirahat" ujar Ray dan beranjak ke kamarnya.
...........
"Apa salah gue Ag ke loe? Loe putusin gue sepihak seperti ini. Gue udah cinta dan sayang banget sama loe." lirih Rio. Ia masih meratapi nasibnya.
"Rio..." panggil Ify.
"Iya Fy?" tanggap Rio. Ify pun duduk di samping Rio. Mereka berdua berada di sebuah taman danau.
"Loe kenapa?" tanya Ify.
"Agni mutusin gue" jujur Rio parau.
"Hah!? Serius loe? Kenapa? Kok bisa sih?" tanya Ify berbondong.
"Gue juga nggak tau Fy. Dia putusin gue sepihak" ujar Rio. Emosinya mulai muncul.
"Sabar ya Yo. Jangan sedih ya." ujar Ify. Ia membelai pundak Rio. Memberi ketenangan.
"Apa coba Fy salah gue? Gue udah terlanjur cinta ke dia." jujur Rio. Ia memeluk Ify. Ia tak sanggup melihat itu semua.
"Gue ikut sedih Yo dengan keadaan loe kaya' gini. Tapi gue juga nggak bisa pungkiri kalau perasaan gue selama ini nggak bisa hilang. Gue cinta sama loe Yo." batin Ify. Ia membalas pelukan Rio dan membelai Rio.
"Menangislah sepuasnya Yo. Luapin semua unek-unek loe. Gue siap ngedengerin semuanya." ujar Ify. Rio pun semakin mengeratkan pelukanya.
Berminggu-minggu sampai berbulan-bulan Rio terus mencari alasan kenapa Agni memutuskanya. Tapi Agni tetap membungkam suara. Terkadang ia menjauhi Rio dengan berlaku kasar, terkadang pun ia memanas-manasi Rio dengan pria lain. Semua itu Agni lakukan agar Rio melupakannya. Walau hatinya pun sakit.
"Untuk terakhir kalinya, gue tanya ke loe Agni Tri Nubuwati. Kenapa loe putusin gue!?" garang Rio. Kesabaranya sudah habis. Ia mencengkeram tangan Agni.
"Apa perlu gue jelasin Mario Stevano Aditya Haling" balas Agni tak kalah sengit.
"Ag, loe kenapa sih?" tanya Rio. Sudah berulang-ulang kata itu yang terus Rio tanyakan ke Agni.
"Gue nggak apa-apa. Ada yang aneh sama gue?" ujar Agni sinis.
"Gue nggak pernah kenal Agni sekarang. Mana Agni yang dulu? Mana!?" teriak Rio.
"Nggak perlu loe sama-samain gue sekarang dengan dulu. Sekarang ya sekarang. Itu semuanya adalah MASA LALU." ujar Agni dengan memberi penekanan pada kata yang dicapslock.
"Berarti gue masa lalu?" tanya Rio memastikan.
"Iya, loe adalah sebuah masa lalu yang pahit dan menyedihkan. Seperti sebuah virus yang harus dimusnahkan." jawab Agni. Dan jawaban itu sangat menyakitkan bagi Rio. Ia tercengang mendengar jawaban Agni.
"Lepasin Yo!" ujar Agni. Dan menepis cengkeraman Rio. Agni pun pergi meninggalkan Rio.
"Maaf Yo. Maafin gue.. Maaf Yo. Maaf dan maaf. Maafin gue Yo." lirih Agni di setiap langkah ia meninggalkan Rio yang masih diam tak bergerak.
"Hy Agni sayang." sapa seseorang dari belakang dan main meluk Agni.
"Cak, lepasin, gue mohon lepasin!" berontak Agni. Ia berusaha melepaskan pelukan cowok itu yang ternyata Cakka.
"Kamu nggak usah malu-malu gitu donk sayang.." rajuk Cakka dan ingin memeluk Agni lagi.
PLAAAAKK
"Gue peringetin ke elo, jangan ganggu hidup gue lagi! Belum puas dengan perbuatan keji loe ke gue!?" bentak Agni. Membuat para pembeli melihat ke arah Agni dan Cakka.
"Hahahaa, jangan gitu donk.."
"Pergi nggak loe dari sini atau gue teriak! Pergi loe!" teriak Agni penuh emosi.
"Baiklah sayang. Tapi inget gue nggak akan lepasin loe begitu saja" ujar Cakka picik. Ia ingin mencium pipi Agni, tapi Agni menepisnya dengan kasar.
"Well.. Bye-bye Agni sayang.." pamit Cakka. Dan beranjak pergi dengan senyum yang tak dapat diartikan.
"Apa perlu gue jelasin Mario Stevano Aditya Haling" balas Agni tak kalah sengit.
"Ag, loe kenapa sih?" tanya Rio. Sudah berulang-ulang kata itu yang terus Rio tanyakan ke Agni.
"Gue nggak apa-apa. Ada yang aneh sama gue?" ujar Agni sinis.
"Gue nggak pernah kenal Agni sekarang. Mana Agni yang dulu? Mana?" teriak Rio.
"Nggak perlu loe sama-samain gue sekarang dengan dulu. Sekarang ya sekarang. Itu semuanya adalah MASA LALU." ujar Agni dengan memberi penekanan pada kata yang dicapslock.
"Berarti gue masa lalu?" tanya Rio memastikan.
"Iya, loe adalah sebuah masa lalu yang pahit dan menyedihkan. Seperti sebuah virus yang harus dimusnahkan" jawab Agni. Dan jawaban itu sangat menyakitkan bagi Rio. Ia tercengang mendengar jawaban Agni.
"Lepasin Yo!" ujar Agni. Dan menepis cengkeraman Rio. Agni pun pergi meninggalkan Rio.
"Maaf Yo. Maafin gue.. Maaf Yo. Maaf dan maaf. Maafin gue Yo" lirih Agni di setiap langkah ia meninggalkan Rio yang masih diam tak bergerak.
"Gue nggak percaya dengan apa yang kau ucapkan. Gue tau pasti ada alasanya loe putusin gue dan arti dari perkataanmu tadi" ujar Rio yakin. Ia menatap kepergian Agni dengan penuh kesedihan.
"Yo, pulang yuk.." ajak Ify dari kejauhan. Rio pun merubah sikapnya seperti tidak ada apa-apa agar Ify tidak curiga.
"Yuuk." jawab Rio. Ia tersenyum ke Ify. Lantas menggandeng tangan Ify.
"eh.." kaget Ify.
"Kenapa?" tanya Rio. Ia membalikkan badanya menghadap Ify.
"Nggak papa kok. Ayok pulang." ujar Ify. Dan memeluk lengan Rio dengan manja.
......
"Maafin gue Yo, gue harap loe bisa tersenyum seperti itu untuk selamanya. Loe akan selalu di hati gue" ujar Agni. Ia melihat adegan Rio dan Ify tadi. Rasa cemburu berkecambuk di hatinya. Ia pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai gelap.
........
Siang ini Agni memutuskan untuk mampir ke toko buku sebentar. Dosenya sedang izin, jadi dia pulang lebih cepat.
"Hy Agni sayang." sapa seseorang dari belakang dan main meluk Agni.
"Cak, lepasin, gue mohon lepasin!" berontak Agni. Ia berusaha melepaskan pelukan cowok itu yang ternyata Cakka.
"Kamu nggak usah malu-malu gitu donk sayang.." rajuk Cakka dan ingin memeluk Agni lagi.
PLAAAAKK
"Gue peringetin ke elo, jangan ganggu hidup gue lagi! Belum puas dengan perbuatan keji loe ke gue!?" bentak Agni. Membuat para pembeli melihat ke arah Agni dan Cakka.
"Hahahaa, jangan gitu donk.."
"Pergi nggak loe dari sini atau gue teriak! Pergi loe!" teriak Agni penuh emosi.
"Baiklah sayang. Tapi inget gue nggak akan lepasin loe begitu saja" ujar Cakka picik. Ia ingin mencium pipi Agni, tapi Agni menepisnya dengan kasar.
"Well.. Bye-bye Agni sayang.." pamit Cakka. Dan beranjak pergi dengan senyum yang tak dapat diartikan.
"Hidup gue hancur gara-gara loe. Brengsek loe Cak! Brengsek loe!" rutuk Agni pelan. Ia meremas-remas buku yang di bawanya. Tatapannya ke bawah dengan penuh amarah. Tak terasa butiran hangat merembas ke pipinya.
"Kak, loe nggak apa-apa kan? Mana cowok brengsek itu? Mana?" cemas Ray. Ia diberi tahu temanya kalau Agni sedang ribut dengan seorang cowok di toko buku.
"Gue ingin pulang Ray. Gue ingin pulang.." lirih Agni. Ia masih terus menangis.
"Ya udah kak. Ayo kita pulang." ajak Ray. Ia merangkul Agni sampai keluar dari toko buku. Meskipun banyak orang yang melihatnya. Ray tak memperdulikan. Yang ia cemaskan hanya kakaknya. Ray pun menjalankan mobilnya. Beranjak dari sana menuju Rumahnya.
"Temuin gue di taman danau malam ini juga. Gue mohon ini yang terakhir kalinya."
"Huft, apa lagi sih mau loe Yo?" lirih Agni. Ia mendapatkan sepucuk surat kecil dari Rio.
"Temui dia sayang. Kasihan Rio. Jangan gantungkan dia seperti ini." ujar sang mama, yang ada di sebelah Agni.
"Tapi ma.."
"Mama tau, kamu pasti nggak sanggup dan nggak kuat. Tapi mama yakin lebih sakit lagi hati Rio yang terus kamu beginikan. Tapi semuanya terserah kamu sayang. Mama tau kamu bisa memilih mana yang baik dan yang buruk" nasehat mama. Ia mencium kening Agni. Dan beranjak meniggalkan Agni di kamarnya.
Malam ini terasa sangat suram. Bulan tak ada, bintang pun juga tak ada. Seperti suramnya hati Rio yang menunggu sang pujaan hati.
"Apa Agni nggak datang?" cemas Rio. Sudah 1 jam ia menunggu Agni di taman danau.
"Ag, gue harap loe datang." ujar Rio penuh harap.
"Cepetan loe mau bilang apa?" ujar Agni jutek. Ia muncul di belakang Rio. Sebenarnya sudah dari tadi Agni datang. Tapi ia masih takut dan tak sanggup menemui orang yang sangat ia sayang.
"Syukurlah Ag loe datang. Gue berharap banget loe da..."
"Gue nggak punya waktu banyak." tambah Agni lagi. Ia melipatkan kedua tanganya.
"Loe tambah gemukan ya Ag?" ujar Rio sontak membuat Agni kaget.
"Udahlah.. Cepetan loe mau bilang apa?" bentak Agni. Ia tak mau lama-lama di sini. Ia takut Rio curiga.
"Gue cuma mau mastiin kata-katamu tadi pagi. Untuk malam ini dan gue pastikan yang terakhir kalinya, loe masih cintakan sama gue?" ujar Rio. Ia menatap tajam mata Agni.
"Gue..Gu..E" gugup Agni. Ia bingung harus menjawab apa.
"Jawab Ag. Gue mohon loe jujur ke gue. Loe cintakan sama gue?" tanya Rio lagi. Ia meraih kedua tangan Agni.
"Ag.." panggil Rio. Agni terdiam tak bisa berkata.
"Huft, gue udah nggak cinta sama loe. Perasaan gue ke elo udah hilang. Dan biarkan kisah kita menjadi sebuah kenangan." ujar Agni mencoba untuk bersikap biasa. Ia melepaskan tangannya dari tangan Rio.
"Loe bohong Ag. Gue nggak percaya sama loe. Loe bohong kan?" ujar Rio memastikan. Ia mengoyah-goyahkan tubuh Agni.
"Udah lah Yo." Agni menepis kasar kedua tangan Rio dari bahunya.
"Terimalah kenyataan ini. Gue nggak pernah cinta sama loe lagi. Gue udah lupain loe. Ok, gue ralat, kenangan kita bukan seperti virus yang harus dimusnahkan. Tpi...."
"SEBUAH NODA YANG HARUS DIHAPUSKAN UNTUK SELAMANYA" ujar Agni. Hatinya berkecambuk sendiri mendengar apa yang ia katakan. Ia tak tau benar apa tidak yang ia lakukan saat ini. Rasanya ia ingin pergi dari sana.
"Benarkah Ag?" lirih Rio parau. Ia berlutut lemas di depan Agni.
"Tentu., gue capek Yo. Gue mau pulang. Lupakan gue untuk selamanya." ujar Agni dan beranjak pergi.
"Kalau itu yang loe mau. Gue akan melupakanmu Ag. Demi loe Ag.." lirih Rio. Petir menyambar dengan kerasnya. Rintikan demi rintikan membasahi cowok itu. Untuk pertama kalinya ia menjatuhkan air matanya. Membiarkan hujan merasakan sakit hatinya.
"Rio.." teriak Ify. Ia pun berlari menghampiri Rio yang terduduk lemas.
"Ify, peluk gue Fy, peluk gue.." pinta Rio. Ify pun lantas memeluk Rio.
"Gue jahat ya Fy, gue nggak pengertian ya Fy, gue..."
"ssst... Loe baik Yo..Terlalu baik malah.. Loe jangan kaya' gini Yo... Loe jangan sedih terus." ujar Ify.
"Gue benci diri gue sendiri Fy, gue terlalu lemah." ujar Rio. Ia semakin mempererat pelukanya ke Ify.
"Peluk gue seerat loe, peluk gue sehangat yang loe rasakan. Bersandarlah kapan pun loe mau Yo." ujar Ify. Ia ikut menangis. Tak tega melihat orang yang ia sayangi seperti ini. Hujan samakin deras dan deras petir terus menyambar. Malam ini langit sangat tak bersahabat.
"Siapa juga yang gombal.. Beneran cantik.."
"Iya Yo, gue percaya kok.." ujar Ify lemah. Ia melepaskan tangan Rio yang menggengam tanganya. Tak sengaja Agni melewati cafe itu dan melihat Rio dan Ify sedang tertawa bersama. Rio pun mengikuti arah mata Ify.
"Oh.. Agni juga gue undang kok." ujar Rio santai.
"udah ahh, ayo pulang." ajak Rio dan menggandeng Ify.
...LAMPU MERAH...
"Wahwah.. Ternyata prince kampus kita udah menemukan pujaan hati yang baru" ejek Cakka. Ia berhenti di sebelah cagiva Rio. Di belakang Rio ada Ify. Mereka berdua kaget mendengar ocehan Cakka.
Maksud loe?" tanya Rio.
"Gue tau Yo, loe pasti tidak menerima kenyataan tentang mantan loe. Loe pasti kecewa kan sama dia. Hmm gue jadi cowoknya juga pasti sangat kecewa sama dia." ujar Cakka.
"Maksud loe apaan sih Cak?" tanya Rio yang memang tak mengerti arah pembicaraan Cakka.
"Masak loe nggak ngerti kalo pacar loe ....." teriak Cakka dari kejauhan. Samar-samar Rio mendengarnya. Lampu sudah menyala ke warna hijau. Karena banyak mobil yang sudah mengklakson Rio pun lantas melajukan cagivanya dengan perasaan bingung tak mengerti dengan ucapan Cakka.
Malam ini menjadi malam yang berarti buat Rio. Gemerlap rumahnya sudah terhiasi. Tamu undangan pun telah banyak yang datang.
"Sebenarnya ada apa dengan Agni? Kenapa gue nggak pernah tau? Apa yang ia sembunyikan selama ini?" tanya Rio. Selalu itu yang ia fikirkan. Ia mondar-mandir di kamarnya. Padahal seharusnya ia harus turun karena acara akan di mulai.
"Rio sayang. Ayo turun nak, acaranya udah mau di mulai" panggil sang mama. Rio pun memutuskan untuk keluar kamar dan turun menemui para undangan.
Acara tiup lilin dan pemotongan kue pun telah selesai. Semua undangan pun bersenang-senang
"Waw, cantik banget my princess." puji Rio ke Ify.
"Apaan sih, gombalnya mulai deh.." ujar Ify. Rio pun hanya nyengir-nyengir.
"Kalian cocok, serasi lagi.." ujar mama Rio. Yang membuat mereka berdua salting sendiri
"Kayaknya setelah ini ada acara nikahan" goda papa Rio.
"Papa apa-apaan sih?" sahut Rio malu-malu. Mereka pun tertawa bersama.
"Aku persembahkan lagu ini untuk orang yang pernah mengisi hidupku dan sebagai permintaan maafku, semoga ini menjadi kado terindah untukmu."
Maafkan kali ini
Aku harus jujur
Kau harus tahu siapa
Aku sebenarnya
Terpikir dalam benakku
Tentang cinta terlarang
Selama ini ku pendam
Jangan salahkan keadaan ini saying
Semua adalah keterbatasanku saja
Tak mampu menjadi yang kau mau
Aku mencoba dan aku tak mampu
( Agni.agni dan agni.dia terus bernyanyi memainkan tuts2 piano yang ada didepanya.Butiran butiran membasahi pipinya .tiap tetes mempunyai arti yang sangat dalam)
Tak bisa lagi mencintaimu
Dengan sisi lainku
Aku tak sanggup menjadi biasa
Aku tak sanggup
Tak ada satu pun yang mungkin bias
Terima kau seperti aku
Ku mohon jangan salahkan aku lagi
Ini aku yang sebenarnya
Tak mampu menjadi yang kau mau
Aku mencoba dan aku tak mampu
( agni” lirih Rio.ia sangat kaget sekali.Ia terus memperhatikan agni.seperti merasakan getaran sesuatu yang membuat agni menjadi seperti ini”)
Maafkan kali ini
Aku harus jujur
"Yo, lepasin Yo, lepasin.." berontak Agni. Rio menarik Agni secara paksa sampai ke belakang taman.
"Jujur sama gue sekarang!" teriak Rio. Kesabaranya sudah melampaui batas. Ia ingin sekali semuanya jelas.
"Jujur apa yo? Gue nggak ngerti deh?" ujar Agni gugup.
"Loe nggak usah bohong lagi ke gue Ag.. Jujur Ag ma gue, kali ini gue mohon loe jujur.." pinta Rio. Ia berlutut di depan Agni. Terasa sakit bagi Agni untuk mengatakanya ia tak sanggup lagi memendamnya sendiri.
"Gue..Gue.." ujar Agni bingung. Ia menangis, terasa galau dalam hatinya, haruskah dia mengatakanya sekarang?
"Gue hamil Yo..Gue Hamil…Maafin gue Yo.." ujar Agni parau. Sontak membuat Rio kaget sekali. Tubuhnya terasa sangat bergetar mendengar ucapan orang yang ia sayang.
"Maafin gue Yo. Maaf" ujar Agni. Ia terduduk lemas di depan Rio. Ia terus menangis. Rio yang masih terdiam, terbungkam. Tak bisa berbuat apa-apa. Ia sangat kaget, syok, bingung, semuanya bercampur jadi satu.
"Loe nggak bercanda kan Ag? Loe nggak bohongkan?" tanya Rio memastikan. Ia berdiri sedikit memundurkan langkahnya menjauhi Agni, berharap ini hanya sandiwara Agni.
"Apa wajah gue sekarang seperti seorang pmbohong Yo? Liat wajah gue, tatap mata gue Yo..!" balas Agni. Ia pun berdiri. Ia meluapkan semuanya. Semua yang ia rasakan begitu sangat sakit dan sakit.
"Berbulan-bulan Yo, gue pendem ini semua sendiri, sakit Yo, sakit banget. Gue putusin loe, apa loe fikir gue juga nggak sakit? Apa loe fikir gue nggak menderita!?"
"Loe mau gue jujur sekarang, ok gue jujur.. Gue masih cinta sama loe, dan sayang sama loe dari dulu sampai sekarang. Trus kenapa dulu gue nggak bilang seperti ini, kenapa gue malah mengatakan sesuatu yang membuatmu sakit!?"
"Tapi, lebih sakitan mana kalo gue mengatakan ke orang yang gue cinta dan sayang kalau sekarang gue HAMIL.. Gue sekarang Hamil Yo..!" teriak Agni. Ia menangis, berteriak meluapkan semuanya.
"Gue harus memendam rasa cemburu ketika loe bermesraan dengan cewek lain. Hati gue rasanya tertusuk-tusuk Yo... Loe ngerasain nggak Yo?
Setiap hari gue harus digeluti rasa bersalah, rasa berdosa, rasa malu kepada orang tua gue, adik gue, terutama sama loe Yo', orang yang paling gue cinta dan sayang.."
"Apa gue pengen ini semuanya terjadi ?? Gue nggak ingin Yo! Dan nggak pernah ingin! Loe ngertikan Yo gimana hancurnya gue sekarang.. Apa koe sekarang akan menerima gue yang udah hancur dan sangat hancur ini!?"
"Loe mau marah sama gue? Marah Yo, marah Yo cepetan loe bentak gue, hina-hina gue sekarang. Sekarang gue memang cewek yang Hina Yo. Hidup gue nggak berarti lagi" teriak Agni. Ia menggoyah-nggoyahkan tubuh Rio yang masih terdiam. Ia pun terduduk lemas. Merasakan semua yang ia pendam selama ini terluapkan juga.
"Gue hamil Yo, gue sekarang udah hina Yo.." lirih Agni. Ia bertekuk lutut di depan Rio. Hujan tiba-tiba mengguyur dengan derasnya.. Air mata Agni terus keluar tanpa henti. Rio masih diam tak bergerak.
"Hina gue Yo! caci maki gue! Gue nggak pantas buat loe, gue nggak pantas Yo. Gue udah hancur!" teriak Agni lagi. Ia mengoyahkan kedua kaki Rio. Terasa hangat tubuhnya sekarang. Pelukan yang telah lama ia rindukan kini membelai tubuhnya lagi. Agni merasakan hangatnya pelukan itu dan terasa sangat hangat
"Maafin gue Yo, maaf Yo.." lirih Agni dalam pelukan Rio. Rio memeluk Agni sangat erat sekali. Merasakan kegalauhan masalah yang menggeliuti orang yang sangat ia sayang. Perasaan bersalah juga menerpa Rio.
"Gue yang salah Ag, gue yang salah. Gue nggak bisa jadi cowok loe yang baik. Gue nggak bisa ngejaga loe. Maafin gue Ag, maafin gue.." lirih Rio. Ia pun ikut menangis. Agni mengeratkan pelukannya ke Rio. Isakanya semakin tak tertahankan. Ia membelai setiap lengkuk wajah Rio. Membelai bibir Rio yang selalu ia rindukan
"Ssttt.. loe nggak salah Yo. Gue yang salah. Gue yang slah.." lirih Agni lagi. Hembusan nafas hangat sangat terasa di wajahnya. Setiap lengkukan wajahnya terasa hangat bersentuhan dengan parasnya. Kerinduan akan kecupan menghangatkan dalam setiap hembusan nafasnya yang sangat ia rasakan. Pemisah jarak antara mereka kini telah diruntuhkan. Ia menikmati saat seperti ini. Hangat sentuhan bibrnya sangat merasuk kedalam jiwanya. Ditengah derasnya hujan, kekejaman petir-petir dan suara guntur tak mereka perdulikan. Hanya rasa kerinduan yg mendalam yang mereka rasakan.
" Rio..." lirih Ify. Ia tak sanggup melihat apa yg ada di depanya sekarang segera ia berlari dan terus berlari di tengah derasnya hujan.
"Ify.."ujar Rio. Ia melepaskan sentuhan bibirnya dan pelukanya dari Agni. Ia merasa telah menghianati Ify.
"Jahat loe Yo, jahat banget sama gue.. Loe Jaaahaatt..!!" teriak ify. Ia terus berlari dan menangis di tengah derasnya hujan.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar